Panti Jompo... Setiap mendengar kata ini, saya gak pernah pernah berhenti berpikir , benarkah panti jompo itu memang membutuhkan bantuan sumbangan dari kita? Dan apa memang panti jompo itu layak disebut dengan panti sosial? Mengapa saya dapat berpikir seperti itu, berikut akan saya ceritakan sedikit alasan saya berpikir seperti itu.

Saya sudah beberapa kali mengunjungi panti jompo, dan beberapa diantaranya ada yang saya kunjungi berulang kali. Pertama kali saya mengunjungi panti jompo, di suatu daerah di daerah Jakarta, saya sempat terkejut karena melihat deretan mobil mewah yang ada di parkiran panti jompo tersebut, dan lebih terkejut lagi ketika saya masuk ke dalam ruangan kamar panti, karena saya seperti melihat keadaan di ruang rawat inap rumah sakit, dimana di kebanyakan kamar dikunjungi oleh orang-orang yang anehnya sang pengunjung hanya berdiam di satu kamar saja, dan tidak seperti saya yang mengunjungi tiap kamar. Dan saya lebih terkejut lagi ketika saya melewati sebuah kamar (yang isi kamarnya seperti kamar hotel bintang 5) dan sang pengunjung wanita berkata “Ma... aku pulang dulu yah..!” lalu si wanita tersebut memanggil anaknya “De... ayo pamit dulu ama Oma”.


Hah... saya kaget setengah mati, kok bisa ada penghuni panti jompo yang masih mempunyai anak (apalagi sang anak terlihat lebih dari mampu) tapi tinggal di panti jompo. Apa memang “Sang Oma” tersebut yang ingin tinggal di panti jompo? Tapi gak mungkin banget, masalahnya pas tadi anaknya pamitan, si Oma sempet berkata “Tar lagi aja, kan lum terlalu sore, Mama masih kangen sama David (mungkin ini nama dari cucunya)”.





Lalu kalau si Oma tersebut kangen sama cucunya kenapa dia tinggal di panti jompo? Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak saya saat itu, dan yang bikin saya tambah merinding ternyata hampir di tiap kamar mengalami momen pamitan sama seperti yang terjadi di kamar si Oma.

Kebingungan saya terjawab ketika saya bertanya kepada pimpinan panti, yang menjelaskan bahwa memang di panti jompo tersebut kebanyakan dihuni oleh para orang tua dari keluarga yang mampu, namun keluarga (baca : anak-anak) dari mereka kebanyakan sibuk dengan karir masing-masing sehingga tidak punya waktu untuk mengurus orang tuanya, apalagi yang kondisinya sudah pikun. Dan pihak keluarga membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk membayar iuran bulanan agar bisa menitipkan orang tuanya di panti jompo tersebut.





Di Hantui rasa penasaran, minggu-minggu berikutnya saya mendatangi panti-panti jompo lainnya untuk mengetahui apa benar semua panti jompo seperti itu. Dan dari kunjungan-kunjungan saya tersebut, dapat saya simpulkan :

Panti Jompo secara garis besar ada pembagian imajiner, antara Panti Jompo titipan dan Panti Jompo rekrutan. Maksud dari titipan adalah seperti yang saya ceritakan di atas, para orang tua dititipkan ke panti jompo oleh keluarganya dengan membayar sejumlah uang iuran kepada panti jompo. Dan panti jompo rekrutan maksudnya adalah panti jompo yang memang menampung para orang tua gelandangan yang berada di jalanan yang sudah tidak punya sanak saudara lagi

Para penghuni panti jompo amat sangat butuh perhatian dan kasih sayang, baik yang titipan maupun rekrutan.

Jangan memandang sinis panti jompo titipan, karena memang meski saya sebel dengan keluarganya, tapi sang penghuni panti tetap merupakan para orang tua yang butuh perhatian.

Jika ingin menyumbang pada panti jompo, harap lakukan survey terlebih dahulu, mana panti jompo yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Jika berkunjung ke panti jompo, usahakan jangan cuma datang, memberikan sumbangan, lihat-lihat, foto-foto terus pulang, tapi usahakan berinteraksi dengan para penghuni panti jompo, seperti menyuapi makanan, atau memberikan pijatan juga mendengarkan cerita dari mereka, kebanyakan para orang tua tersebut senang sekali bercerita masa mudanya, saya pernah hampir 3 jam mendengarkan cerita seorang kakek yang menceritakan masa mudanya sebagai salah satu prajurit yang ikut serta dalam pertempuran perebutan kota Yogyakarta pada peristiwa serangan umum 1 Maret 1949.


Jangan kapok untuk ke panti jompo, pergi ke panti jompo, butuh persiapan mental, karena terkadang ada penghuni panti yang galak, biasanya karena pikun, sadarilah bahwa galaknya mereka itu karena mereka itu pikun dan bukan berniat jahat pada anda. Saya pernah pontang panting dikejar-kejar seorang kakek penghuni panti, hanya karena saya menduduki bangku yang biasa si kakek duduki kalau lagi di taman. :)




Kembali pada pertanyaan saya pada awal artikel ini, benarkah panti jompo itu memang membutuhkan bantuan sumbangan dari kita? Dan jawabannya itu memang benar, walau tidak semua membutuhkan bantuan dalam bentuk materi atau barang. Tapi mereka semua membutuhkan bantuan kunjungan anda untuk menghibur mereka, untuk memberikan kasih sayang pada mereka. Dan panti jompo memang merupakan panti sosial, karena seperti yang sudah saya ceritakan di atas, panti jompo juga menampung para orang tua yang sudah tidak memiliki sanak saudara dan tempat tinggal.

Dan terakhir, dengan tidak bermaksud menggurui, namun hanya sekedar mengingatkan, sayangilah selalu orang tua kita dan meski sudah jompo jangan pernah taruh orang tua kita di panti jompo, ingatlah sewaktu kita kecil dan nakal serta banyak ulah, orang tua kita tidak pernah menaruh kita di panti asuhan. Melainkan dengan sabar selalu merawat dan menjaga kita dengan penuh kasih sayang. Jangan pernah menjadikan panti jompo sebagai tempat pembuangan orang tua.